Loading...
Saya teringat seseorang mengatakan untuk tidak ‘mem-bully’ orang yang mempunyai berat badan yang berlebih, karena pada dasarnya mereka sendiri membutuhkan dukungan untuk survive dalam menjalani kehidupannya, karena seringkali ejekan, hinaan, sindirian dialamatkan kepada orang bertubuh gemuk. Bahkan akhir-akhir ini ada beberapa ulasan mengenai tubuh over ini, ditinjau dari sudut pandang agama, hingga memunculkan pertanyaan Benarkah Allah membenci orang yang gemuk?
Salah satu dalil yang sering disitir mengenai benarkah Allah membenci orang gemuk dari Imran bin Hushain ra, Rasulullah SAW bersabda:
Generasi terbaik adalah generasi di zamanku, kemudian masa setelahnya, kemudian generasi setelahnya. Sesungguhnya pada masa yang akan datang ada kaum yang suka berkhianat dan tidak bisa dipercaya, mereka bersaksi sebelum diminta kesaksiaannya, bernazar tapi tidak melaksanakannya, dan nampak pada mereka kegemukan”. (HR. Bukhari 2651 dan Muslim 6638).
Gemuk yang tersurat dalam hadis bisa diartikan seperti apa? Karena tidak sembarang orang yang bertubuh gemuk atau berbadan besar merupakan celaan dalam Islam. Seorang Ibu yang sedang menjalani KB, bisa jadi tubuhnya tiba-tiba melar secara signifikan dalam waktu lumayan cepat, bukan karena pola makan over dan bermalas-malasan sebagai penyebab utama, karena factor hormon-lah ternyata yang menentukan. Ada pula yang karena factor keturunan, dimana kakek neneknya sebelumnya sudah bertubuh diatas rata-rata, tanpa banyak mengkonsumsi makanan mereka ternyata memang ‘tercipta’ bertubuh besar.
Lalu, yang tersebut dalam Islam yang merupakan “sindiran” bagi yang bertubuh gemuk itu seperti apa? Ternyata orang bertubuh gemuk yang tersebut dalam hadis tersebut adalah orang yang bertingkah bak orang kafir yang didalam hidupnya memuja hedonism semata, termasuk pola mengkonsumsi makanan, bak binatang saja, hal ini sesuai dengan firman Allah:
“Orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.” (Muhammad:12)
Tradisi manusia kekinian seperti hobi kuliner, memburu makanan enak tanpa mengindahkan halal dan haramnya makanan seperti kebiasaan orang kafir, kemudian tidak banyak gerak dan banyak bermalas-malasan saja, itulah yang Allah cela dalam ayat diatas, demikian Al Qurthubi menegaskan.
Selanjutnya beliau mengatakan gemuk yang bukan karena bawaan atau sebab lainnya, yang karena memang pola hidupnya kurang baik, banyak bersantai, makan dan minum tak terkendali, banyak berfoya-foya dan terlalu mengikuti hawa nafsu bukan merupakan hamba Tuhan yang baik, karena Islam tidak menyukai umatnya berlebih-lebihan.
Islam mengajarkan gaya hidup yang bersahaja dalam menikmati kehidupan dunia. Dalam tafsir Qurthubi 11/67 selanjutnya menjelaskan barangsiapa yang banyak makan adan minum maka ia akan semakin rakus dan tamak hingga bertambah kemalasan dan banyak tidur dimalam hari, karena siangnya dipakai untuk banyak makan dan minum, hingga tubuhnya menjadi gemuk.
Teguran Rasulullah SAW untuk orang yang banyak sendawa karena kekenyangan, mengisyaratkan jika orang yang terlalu kenyang dan membuatnya menjadi gemuk akan berakibat lama laparnya diakherat kelak:
Jangan keras-keras sendawanya, sesungguhnya orang yang paling sering kenyang di dunia, dia paling lama laparnya di akhirat. (HR. Turmudzi 2666 dan dihasankan al-Albani).
Bukan hanya itu, jika umat Islam banyak yang bertubuh gemuk karena kekenyangan tanpa mikirkan umat lainnya yang miskin dan serba kekurangan dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Rasulullah seperti model manusia yang akan didatangkan dihari kiamat kelak dimana orang tersebut sangat besar dan gemuk, namun timbangan di sisi Allah tidak seberat sayap nyamuk. Hal ini menandakan jika tubuh gemuk namun tidak banyak amal perbuatan baiknya, merupakan perumpamaan yang tidak baik.
Namun benarkah Allah membenci orang yang gemuk? Karena sejatinya gemuk itu terkadang bukan pilihan bagi sebagian orang, karena memang pertumbuhan dan pertambahan berat badan memang tidak bisa dikendalikan dengan baik. Jika dirunut, banyak orang sebenarnya tetap ingin tubuh yang ideal, selain enak dilihat juga lebih nyaman dan sehat. Mengendalikan tubuh ideal untuk sebagian orang, semisal ibu-ibu yang hamil dan menyusui bukanlah hal yang mudah. Semakin tambah hari, sampai tahun, timbunan lemak akan semakin banyak hingga tak dielakkan lagi menjadi gemuk, meskipun porsi makanan yanga dikonsumsinya ternyata sedang-sedang saja, tidak berlebihan. Lalu, gemuk yang bagaimana yang bisa dicintai Allah?
Ternyata memang tak semua gemuk itu tercela, sangat kondisional juga, seperti yang dialami Rasulullah dan beberapa sahabat, dimana Aisyah menceritakan:
“Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan witir 9 rakaat, setelah beliau mulai gemuk dan berdaging, beliau shalat 7 rakaat. Kemudian shalat 2 rakaat sambil duduk. “(HR. Ahmad 26651 dan Bukhari 4557).
Hal ini menandakan Rasulullah samapi akhir hayatnya tubuhnya gemuk atau tubuh semakin berisi bukan karena kelalaian dalam menikmati makan, minum atau bermalas-malasan dan tidak mau memikirkan umat, namun karena memang secara kodrati tubuh menumpuk lemak, dan kemungkinan kurang olahraga. Jadi umat Islam, lelaki atau perempuan yang bertubuh sedang, ideal atau bahkan gemuk, dapat meraup pahala dan mendapat siksa yang setara jika melakukan kebaikan atau keburukan. Hanya saja, jika seorang hamba gemuk karena berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi makanan dan banyak tidur juga menandakan tidak banyak aktivitas yang bermanfaat maka itulah yang akan di cela Allah.
Terakhir, Mula Ali Qori menyatakan riwayat yang menunjukkan bahwa Allah membenci orang gemuk, dipahami jika gemuk ini terjadi karena kelalaian, terlalu banyak menikmati kenikmatan lahir, sebagaimana yang ditunjukkan dalam riwayat tentang kebencian bagi orang gemuk. (Jam’ul Wasail fi Syarh as-Syamail, 1/34).